"Rindu ini menyiksa" kau terisak disuatu musim
Tidak sayang,ia hanya memberontak pada jarak dan waktu
merengut atas ruang hampa tanpa kau atau aku
percayalah sayang, waktu akan memihak rindu
mengatur ritme indah seperti kepakan sayap kupu-kupu
mekar indah seperti bunga kuncup pagi di balkonimu
Kau masih kedat menahan sisa sesegukan sambil lirih berucap
"Rinduku seperti jamur dikala hujan, mekar tanpa hambatan.."
Hening diterpa angin kering kala itu,
hanya pelukanmu semakin erat pada rindu yang tiada berjeda.
Jumat, 31 Oktober 2014
Kamis, 23 Oktober 2014
Ana Uhibbuka Fi'illah
wahai diri,
jika kau benar mencintainya karena Tuhanmu
cintailah dia dengan cara yang benar dan pada saat yang tepat
akan selalu ada jalan jika dia jiwa yang terpilih untukmu
jika dia takdirmu pantaskan dirimu seperti dia memantaskan dirinya untukmu
bersabarlah dalam lantunan doa cinta pada Tuhanmu
jika kau benar mencintainya karena Tuhanmu
cintailah dia dengan cara yang benar dan pada saat yang tepat
akan selalu ada jalan jika dia jiwa yang terpilih untukmu
jika dia takdirmu pantaskan dirimu seperti dia memantaskan dirinya untukmu
bersabarlah dalam lantunan doa cinta pada Tuhanmu
Ingat
yang indah hanya sementara
yang abadi hanyalah kenangan
yang ikhlas hanya dari hati
yang tulus hanya dari sanubari
akan susah mencari yang telah hilang
akan sulit menyambung yang retak
akan memakan waktu menyusun yang terserak
tidak mudah mengejar impian
tidak semua keinginan bisa terpenuhi
tidak semua ucapan meneduhkan jiwa
namun hal tersulit adalah mempertahankan yang telah ada
walau di genggam seerat mungkin, bisa lepas juga
Rabu, 22 Oktober 2014
Se-ember rindu
Mereka melepasmu pada setiap dermaga asamu
masih senyum indah terukir pada gerutan di bibir mereka
walau hatinya perih berpisah dari sosokmu
lambaian tangan lemahnya iringi bayangmu yang lamat hilang dari pandangan
ya mereka telah merenta setiap kau berlalu pada stasiun tua itu
masih senyum indah terukir pada gerutan di bibir mereka
walau hatinya perih berpisah dari sosokmu
lambaian tangan lemahnya iringi bayangmu yang lamat hilang dari pandangan
ya mereka telah merenta setiap kau berlalu pada stasiun tua itu
Petrichor
Ah hujan kau menemui ku lagi
lamat kulepas pelukan pada gulingku
menggeliat menyibak kemul yang setia menghangatkan ringkukan lelah
sunyi mimpiku kini berganti dentinganmu menyentuh atap
Setengah berlari kugegas langkah menyibak jendela
tempias bulir beningmu lembut memercik di pelipisku
kusapu pandangan pada taman kecil mawar yang kuyup
tetesan bulir bulir di ujung daun lamat menyentuh tanah
lamat kulepas pelukan pada gulingku
menggeliat menyibak kemul yang setia menghangatkan ringkukan lelah
sunyi mimpiku kini berganti dentinganmu menyentuh atap
Setengah berlari kugegas langkah menyibak jendela
tempias bulir beningmu lembut memercik di pelipisku
kusapu pandangan pada taman kecil mawar yang kuyup
tetesan bulir bulir di ujung daun lamat menyentuh tanah
Langganan:
Postingan (Atom)