ya panggil aku
sebagai tukang lapis
melapisi apa saja
kurangmu
aku suka kau
hujan,jujur
aku bahagia kena
rintikanmu
kuyup di ujung rambutku
ini
aku terlena, hanyut
dengan dentinganmu di genteng itu
jujur aku terlelap
dalam ringkukan dan dekapan dinginmu
aku tukang lapis
melapisi pintu-pintu
itu
kau tau di baliknya
tersimpan banyak keindahan dan sengsara
ada kobar api dan dingin
yang meretakkan sendi
ya aku melapisinya
pintu yang kukunci
berabad-abad lalu
agar tak satupun
menyentuh
tak membuka walau
banyak yang inginkan
jujur,aku melapisinya
hujan
pintu baja dengan
ribuan perisai dan gembok
penyaring yang terpukau
ya aku melapisinya
darimu hujan
taukah kau itu?
aku melapisinya
darimu
walau mata hujan mu
mungkin melihat celah itu
aku melapisinya!kau
dengar teriakan itu?
ya lapisan
baja,ribuan perisai, dan gembok
mungkin mereka
sewaktu melepuh
perlahan berkarat
rubuh dan membuka
pintu itu..
lihatkah kau hujan?
ya pintu itu
pintu tak terjejak
siapapun dulu
kini membuka
adakah kau lihat
hujan?
aku tukang lapis
melapisi ruangmu
menghangatkannya
dalam kurungan pintu itu
kini pedulikah kau?
aku melapisinya lagi
menutup celah yang
bisa kau lihat
dengan baja dan besi
yang lebih tebal
dengan gembok yang
tak bisa kuhitung
bahkan aku menelan
kuncinya
agar pintu tetap
tertutup,
kobar api tak padam
dan dingin tetap membekukan
hujan akankah nadamu
sama?
selaras dari dawai
langit yang maha luas
tanah yang tak hingga
bunga-bunga yang akan
mengharapmu
ah hujan..
aku melapisinya kini
darimu
sampai kunci itu
ditemukan
sampai "ambang
batas waktu" itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar