Sore di dermaga bersama bingkai cerita lama
Ku pandang laut lepas yang tak terlihat ujung
Kaupun melempar pandanganmu
Sesekali ku tangkap kau mencuri lirikan padaku
Cerita kita membelah waktu dulu,kemaren lusa dan esok
Singkat memang sesingkat kapal bersandar
dan aku harus pergi dengan jejalan sesak penumpang
Meninggalkan riak yang bergelombang
Kulirik kau dari kaca yang nampak punggung, samar dan menghilang
Tanpa berkata selamat tinggal memang,hanya lambaian tangan
Meninggalkan riak yang bergelombang
Kulirik kau dari kaca yang nampak punggung, samar dan menghilang
Tanpa berkata selamat tinggal memang,hanya lambaian tangan
Berlayarku di temani gerimis kecil yang mengembun di kaca
Risau dan resah kutelan dengan memejamkan mata
Bising teracuhkan karena gemuruh hatiku lebih menderu dari suara kapal
Tersenyum dan lirih kuberkata akan baik-baik saja
Sore disini berteman gerimis yang menguap di jendela
Masih teringat semua prolog yang ada
Masih ingatkah kau?
Ketika kau katakan rindumu akan mengering seperti kemarau
Karena rindumu telah lelah di batas penantian
Katamu menyedot imajinasiku, merapuh seperti karang terkikis ombak
Taukah kau?
Bagiku rindu itu tak pernah kering
Dia selalu lembab dan sejuk disetiap kedatangannya
Rinduku juga tak lelah dan berbatas
Karena rinduku selalu membisikkan namamu
Rindulah yang membangunkanku agar kau tak terlupakan
Sore di kota ini masih berkabut dan gerimis
Masihkah kau jaga prolog-prolog rindu sebenarnya?
Masih letih dan terbataskah rindumu?
Bertahanlah..ku mohon..
Jangan membenci bahkan membunuh rindumu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar