Senin, 18 November 2013

=Setitik Temu=


hari itu masih ingat-kah kau,
ya sekilas jumpa setelah jutaan putaran waktu,
hanya sesingkat seduhan teh dimusim hujan,
ah singkat lagi, seperti embun di jendela dimusim kemarau


 ingatkah kau gerimis sore itu,
berlomba dengan ucapan sapa kita yang masih kaku
lidah kelu seperti gerimis ditelan tanah,hening..
sesekali kulirik pantulan wajahmu dari kaca spion itu,
memang mata ku tak sembab kala itu
bungkamku akan gemuruh dihati ini
ah hanya pada deru angin ku bisikkan inginku kala itu

ah disini mulai lembab di musim hujan,
ingatkah kamu kala hujan di sana?
ya dikala deru motormu dan suara hujan yang jatuh
berpacu saling mendahului,
kau bak perisai di tengah panah hujan
katamu agar aku tak tersentuh hujan itu

ah disinipun petir mulai melihatkan angkuhnya
sapuan cahayanya menyapa mata ini
mata yang terpejam dan terjaga 
lirih bibirku menanyakan apakah kau juga dibaluti dingin hujan yang sama di sana
lelapku ditumpukan guling dan selimut tebal
yang katamu bantu hangatkan kenangan,
kenangan yang kadang membeku dan tertepiskan dikala siang

sinar penghangat jagad ini muncul lagi
mengeringkan tetesan-tetesan lembab kemaren
tapi masih berbekas
menggeliat kubangun dalam kelembutan hangat pagi
yang masih ingin kuhisap dan kupengap dalam gelungan selimut ini
agar hangatnya tetap abadi

hari ini bulan baru lagi
tanggal dan hari datang dan berlalu lagi
kabar isyaratkan kedatangan mu ke kota ini
bibirku menyimpulkan senyum itu
walau pikiranku antara terjaga dan terlelap

jujur,ya aku menyambut mu
mata ku tak sembab lagi memang
hanya menggigit bibir
agar berlalu gemeretak di dagu ini
agar tak bersuara gemuruh di dada ini

benar aku menyambutmu
hanya dengan seulas senyum yang tak pernah berubah
tak ada apa-apa
tak ada pesta
melainkan hembusan nafas lega dari tenggorokan yang kerontang

kuakui aku menyambutmu
tanpa alunan musik dan lilin-lilin
tanpa rangkaian mawar 
karena aku tahu
kau tahu hatiku
lebih merekah menyambutmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar