Selasa, 25 Maret 2014

Rindu Matahari

Tertatih ringkih dengan tongkatnya menembus pagi
Kekarnya telah habis dimakan waktu senja
Tulang pipi cekung yang mengembung seiring nafas yang jengah
Keriput tangan dengan selempang yang tersampir lusuh dileher


Sesekali menyeka keringat dimenanjak jalan yang tak lagi seramah pagi tempo dulu
Sesekali dia terseok dan berhenti mengatur nafas yang kian berat
Batuk yang menggerogoti parunya tak mengiba ketika asap juga menerobos kerongkongannya
Tersedak dan mengguncang tubuh ringkihnya

Dia duduk dirumputan yang mengering membetulkan selempangnya
Ya hanya selempang itu yang tau cerita pagi dan situa itu
Dia termenung sambil mengurut dada yang semakin perih
Pagi di negriku dulu sangat indah dan damai
Jalanan teduh oleh rimbunnya pepohonan
Alam terasa damai ketika sinar matahari menyapa hangat kulit
Telinga dimanjakan nyanyian burung yang bercengkrama di ranting
Udara sejuk melegakan saraf-saraf dada

Bahunya berguncang dengan dada naik turun menghela berat
Ada perih penyesalan yang bergemuruh didada tua itu
Ah kalau kau tak serakah dan tamak akan negrimu
Tak silau akan uang dan janji modernisasi yang kini menyengsarakan hari tuamu
Pastilah hutan dan lahan hijau masih terhampar elok ditanahmu ini
Pasti udaramu tak berganti asap hitam pekat ini
Pasti kau masih bisa melihat matahari
Pastilah kau bisa bermanja mesra pada pagi  dan sore yang merah merona

Situa melemah dengan batin yang mengecam
Pandangan semakin nanar tersaput kabut asap yang  semakin menebal
Paru semakin sengsara dan menjerit tak mampu memilah udara
Tersenggal dan lirih situa berbisik sendu
 “maafkan aku negriku,ketika aku muda menyia-nyiakan alamku
Aku merobek dan mengais sampai kedalam perutmu
Menyeruput serakah minyak dan tambangmu dengan selang besiku
Tak kuhiraukan kesengsaraanmu hingga kini kau pantas membalasku
Diwaktu senjaku ini aku merindu akan pagi dan rona kau dulu

Asap semakin menebal pekat menyesakkan
Panas api keserakahan semakin tak terjinakkan
Membakar setiap yang dilaluinya tanpa iba
Menyesakkan paru-paru generasi belia
Menyesal ,perih dan sesak hati situa 
Paru-parunya menyerah lelah mengusir terobosan kabut asap 
Detak didada tuanya melemah dan berhenti bersama hitamnya kepulan asap
Asap yang memutih menyamarkan rona hanagatnya semangat pagi dan senja



#teruntuk RIAU yang memutih tersaput asap keserakahan(28feb- maret 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar