Rabu, 22 Oktober 2014

Se-ember rindu

Mereka melepasmu pada setiap dermaga asamu
masih senyum indah terukir pada gerutan di bibir mereka
walau hatinya perih berpisah dari sosokmu
lambaian tangan lemahnya iringi bayangmu yang lamat hilang dari pandangan
ya mereka telah merenta setiap kau berlalu pada stasiun tua itu

Tahun berlalu tanpa kabar
kau berjaya pada suksesmu menaklukan duniamu
pongah dengan sampangan gelar di pundakmu
waktu menelanmu pada setiap detikannya
kau seakan lupa peron keretamu untuk pulang

pagi selalu berganti dan condong pada petang yang lamat mengelam
kau yang selalu gemerlap akan cahaya lupa akan pondok tua
ya pondok tua hanya dengan petromak kecil di tengah
yang setia menerangi renta yang berselimut melawan hawa
dan taukah kau mereka merenta,tapi tidak kenangannya akan masa kecilmu

malam mereka lewati dengan doa walau parau suara
mata sembab yang mulai rabun menyapu rautmu pada foto tua di dinding
menerawang harap, cemas dan rindu pada sesak bathin di tubuh rentanya
cahaya pagi menyelinap pada dinding yang keropos melewati masa
mereka setia duduk di beranda menatap ujung jalan menunggumu

waktu tak mau kompromi pada dua renta yang semakin tak berdaya
hingga tetes air mata pengganti doa terakhir jatuh dan serak parau memanggilmu
kelu dan pilu saat tubuhnya kaku
kau dimana?oh bermegah pada kerlap duniamu
hanya hujan sore itu yang menangisi kepergian mereka

kau masihkah angkuh disana?
kau hanya singgah menemui tanah merah menebar kembang di atasnya
percuma air mata dan sesalmu
karena kau hanya punya seember kecil rindu pada lautan doa mereka








Tidak ada komentar:

Posting Komentar