Virusnya telah menggerogotiku
Menjalar pada setiap organku sampai membekukan pikiranku
Mengalir di aliran darah dan menetap pada arteri jantung
hatiku
Ya aku merasakannya disana saat debaran itu mulai berirama
Hentakannya melemahkan fungsi indraku
Membuatku sakaw akan munculnya rasa yang menggelitik tapi
menenangkan
Kau memeluk erat serta berbisik nyaring padaku
”virus ini untuk selamanya karena aku penawarnya dan kau yang terakhir”
Mudah bagimu mematenkan sedangkan bagiku awal
Tapi aku tak bisa berontak atas dekapan dan pugaran rasa
yang kau rawat
Aku hanya berharap virusmu ini bertahan sesuai musim
Dan bisa terinkubasi saat antibodiku tak bisa lagi
menangkalmu
Kini setelah virus itu pada level menengah atas masa depanku
Kau memang masih ada sebagai penawar tapi bukan lagi murni
utuh
Sehingga irama rasa itu mengoyak ritme sadarku
Setengah kritis menghirup udara berinfus keyakinanku
Kini kau mungkin jumawa tersenyum atau sedikit gusar
Kau tetap memeluk dan mengecupku lembut
Pelan menyentuh hingga aku terbius
Hanya sakit menggores saat bernafas
Saat kau kehabisan penawar murni
Kau mungkin berusaha menambah dosis biarku tak sakit
Tapi tahukah kau rasa sakit ini telah melumpuhkan aku
Kau harap aku bertahan sebentar tapi sungguh aku terlanjur sakit
Kau kalap saat tahu virus rasa itu tak menyatu utuh pada
dosis penawar itu
Aku terlanjur lemah akan serangan rasa sakit yang menghujam
Hingga kau putuskan euthanasia jalan penyelamat rasa
Agar kau bisa mengawetkanku menjadi manekinmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar