Riuh dan ramai deretan kata menyusun bukti
Puluhan pasang mata jadi saksimu tuan
Masihkah kau berkilah pada kenyataan?
Masih sibukkah kau mengabu-abukan yang putih tuan?
Jarak, waktu dan pandangan pemisah kita tuan
Tak bisa berkait kata atas sengketa yang berserak
Mereka menarik telunjuk pada dahiku
Apakah aku tak cermat memilah gelas retak disetiap sudut
Sementara aku hanya tau sumbing sesudut yang kau lihatkan
tuan
Saat nanar mata atas bukti dan pekak sampai kehulu hati
Bukankah aku sudah pertanyakan ikhwalnya padamu tuan?
Dan lihat tuan kau sapu bersih agar sepah tak nyata
Aku mencerna dan merekam setiap ubah lipatan yang kau buhul
tuan
Sampai malam tiba dipenghujung tetap bathinku mengganjal
akan ucapanmu
Aku tulus tuan, lebih dari pradugamu yang menyalahkan penerimaanku
Tapi tidakkah kau dengar gemericing fakta tentangmu tuan?
Atau memang kau meredam dengan menggaungkan cinta?
Supaya menghapus hitam pada jejak lalu dan kinimu
Masihkah kau bersilat lidah tuanku?
Jawaban ada dimana- mana tuanku, buka semua indramu
Mereka hinggap di daun pimping dan bersemayam dari beku
embun pagi
Gemerisik dan meriuh saat bergesekan angin pada sepi malam
Melolong lengkingannya bersama binatang binatang
Tapi sayang tuanku,jawaban yang dinanti itu sangat sederhana
Sesederhana aku memutuskan menjauh dari
kebohongan-kebohongan atas nama cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar