Minggu, 19 Januari 2014

Paradok Kusut

Kita punya ego dan intuisi
inginkan ini itu, berharap rangkul semua mau
tapi malah melenceng dan tak pernah menapak jalan yang menyatukan
jalan memang bercabang dan berkelok 
kenapa kita pilih jalan yang tak buntu 
dan mengapa tak ciptakan jalan untuk kita 



kau punya mau aku punya ingin
saling lempar salah dan kata-kata yang tak menemu ujung
diam memang bukan solusi dari semua masalah
tapi kadangkala diam bukan berarti tak bersolusi
karena debat telah merancu jalan yang tak berkesudahan

kau lelah menanti apalagi aku yang penat tanpa kepastianmu
kau selalu berkata pihak yang disalahkan,jadi kau pikir aku apa?
buka matamu, siapa korban kerumitan dan kusut ini

aku tak pernah menyalahkan apa-apa dan siapa
karena aku percaya Tuhanku menjaga dan merangkulku
dan kau berkata  pihak yang sabar dan mengalah
karena kau yakin semuanya akan baik saja dalam doamu

kau bilang rindumu sekerontang kemarau
yang kering dan mendahaga
aku bilang rinduku tak berkesudahan 
seperti musim yang terus saling berganti

sebenarnya aku jenuh akan rindu yang tak berujung
dan kau sesak oleh rindu yang tak berkesudahan
jadi mengapa kita tak sekayuh dan sepijak?
mengapa tak usah saling beralibi?
kenapa tak bersatu mengulur benang agar tak kusut?
kenapa tak saling rangkul karena sebenarnya sama-sama merindu?

hilangkan akan aku dan kau
mengapa tak terpikirkan akan kita?
meniti jalan yang sama lebih indah membangun mimpi bukan?
berdua lebih kuat menapak, membuang kerikil dan batu di jalan yang akan dilalui

aku tahu sungguh ini
kaupun sebenarnya juga mengerti itu
tapi mengapa rindu terkukung dan mencekik?
menyumpal kata indah dan membekap tawa hangat kita dulu
membiarkan duri menusuk dan menggulma menjadi paradok kusut






Tidak ada komentar:

Posting Komentar